Surat Terbuka dari Pengendara Motor

 

Dear para pemakai jalan raya. Karena sepertinya mengirimkan surat terbuka sedang ngetren, maka izinkan saya sebagai seorang pengendara motor mengungkapkan keresahan yang dipendam dalam hati kepada pembaca semua. Karena kalua keresahan hati ini dipendam terus, nantinya akan jadi bisul yang jika pecah bakalan menimbulkan keresahan baru.

Sesungguhnya penguasa jalan raya adalah kami para pengendara motor dan supir angkutan umum. Jadi kami mohon jangan protes kalau ada angkot berhenti sembarangan, membunyikan klakson tanpa henti, atau pengendara motor yang (agak) membahayakan anda para pengguna jalan.

Kami para pengendara motor, khususnya yang hidup di kota besar adalah manusia-manusia yang diburu waktu. Kami dituntut sampai di lokasi tujuan secepat mungkin. Kami adalah karyawan yang diburu waktu supaya tidak terlambat, kurir yang harus mengantarkan pesanan klien dengan cepat, atau laki-laki yang berusaha menjadi pacar (baca: ojek pribadi) teladan. Kalau kami terlambat, wah, bisa dibayangkan kesulitan yang kami terima, ancaman PHK baik Pemutusan Hubungan Kerja, atau Pemutusan Hubungan Kekasih menghantui setiap menit keterlambatan kami.

Jadi anda para pengguna jalan jangan protes kalau kami menyalip dari kanan langsung ke kiri, atau sebaliknya. Pejalan kaki kami mohon jangan kesal kalau kami menyerobot menggunakan trotoar, bahkan dengan kampretnya membunyikan klakson karena anda berjalan terlalu lambat menghalangi kami (di trotoar).

Yang harus anda takuti dari kaum kami selain Geng Motor (bukan saudaranya geng senggol ya, apalagi geng buntu) adalah ibu-ibu dengan motor maticnya. Beliau-beliau ini tidak suka memakai helm karena kadang tidak matching dengan kebaya, dan juga merusak sanggul yang sudah berjam-jam dibuat. Selain itu, mereka terkenal karena tidak sinkron antara lampu sein dan arah beloknya. Sein ke kiri, eh beloknya ke kanan. Itu adalah bentuk pemberontakan mereka terhadap orang-orang yang mainstream, yang ikut arus begitu saja, harusnya anda bisa mencontoh pemberontakan mereka.

Kami tentu saja paling malas memakai helm. Helm merusak tatanan rambut yang sudah berjam-jam kami tata, baik itu memakai pomade, spray rambut, atau untuk kami dengan modal cekak, cukup lem kanji saja yang dipakaikan ke rambut. Kalau kami memakai helm, ketampanan dan kecantikan kami akan tertutupi oleh bentuk helm yang selalu begitu-begitu saja. Padahal kalau kami lewat di jalanan yang agak ramai atau sekitaran komplek, kami ingin supaya wajah-wajah menawan kami akan mempesona kecengan-kecengan yang kebetulan sedang ngobrol dan bergosip. Tidak perlu khawatir, kepala kami jauh lebih keras daripada aspal kok.

Anda tidak usah repot-repot memaki kami, karena kami akan memaki anda lebih keras. Selain itu anda juga tidak perlu bersusah payah menasihati kami, karena telinga kami agak tertutup karena angina jalanan yang berdebu, jadi tidak akan terdengar apapun yang anda katakan. Apalagi beberapa diantara kami selalu memakai earphone selama perjalanan, supaya perjalanan kami terasa seperti di film-film, ada soundtracknya.

Jadi para pengguna jalan, kalau anda melihat kami, jangan lupa waspada, karena terkadang lampu rem motor kami sering mati dan kami malas untuk memperbaikinya. Lebih baik uangnya dipakai untuk membeli paket data internet sehingga kami bisa eksis (baca: selingkuh) di dunia maya. Hati-hati, kalau anda menabrak kami, hampir selalu anda yang disalahkan, karena kendaraan kami jumlah rodanya lebih sedikit. Bukankah di negara ini berlaku hukum, semakin kecil jumlah rodanya, semakin tidak bersalahlah ia.

Salam

Pengendara motor, bukan pemilik tapinya. Karena apalah gunanya teman jika bukan untuk meminjamkan motor.