Sepucuk Surat untuk Anakku XIV: Anak Elok Laku

Surabaya, 4 Maret 2024

Dear anak bujang Abak,

Daru Lintang Segara

Tak terasa sekarang sudah memasuki bulan Maret. Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, kembali berpuasa, sholat tarawih selama satu bulan. Tentu saja, insya Allah jika tidak ada halangan, kita akan pulang kampung selama libur lebaran kali ini.

Iya, Alhamdulillaah Abak dan Bundo tahun ini ada rezeki sehingga kita bisa lebaran di kampung, di Kapau, bertemu Nenek Des dan Nenek Lis, serta bertemu sanak saudara lainnya. Mudah-mudahan selama di kampung kita bisa jalan-jalan keliling Sumbar, ke tempat-tempat baru yang indah, menikmati hijaunya Ranah Minang.

Dulu, saat masih usia remaja dan awal dua puluhan, Abak heran dengan para bapak-bapak yang selalu membanggakan anaknya, seakan anaknya yang paling pintar, sholeh, atau paling segala-galanya. Abak merasa mereka tidak melihat anaknya dengan kacamata yang benar, hanya melihat anaknya dengan kacamata kuda.

Namun, setelah menjadi seorang ayah, aku paham betapa besarnya kebanggaan orang tua kepada anaknya. Bagi seorang bapak anak adalah segalanya, apalagi untukku. Menikah, memiliki anak, dan berhasil mempertahankan pernikahan hingga lebih dari enam tahun adalah sebuah pencapaian terbesar dalam hidupku. Ketika melihat lagi kehidupanku bertahun-tahun yang lalu, agak sulit membayangkan aku hidup bersama orang lain, mampu menjalani sebuah hubungan berkomitmen, dan akhirnya terikat dengan sebuah rumah.

 Di usiamu menjelang lima tahun, engkau tumbuh menjadi anak yang membanggakan. Tingkah laku, perbuatan, dan celotehanmu akan menjadi hal yang akan kuceritakan kepada orang-orang. Aku akan bercerita dengan bangga “Anakku begini, begini…”

Semua cerita itu memang benar adanya. Kau adalah anak yang elok laku. Terlepas dari kadang-kadang rewel kalau di rumah, namun di luar rumah engkau adalah anak yang elok laku baik budi. Membawamu ke masjid tidak akan membuat Abak khawatir engkau akan mengganggu yang lain. Kau selalu bisa dan mau sholat dengan tenang di sebelahku. Bahkan, di Ramadhan kali ini walau engkau tidak lagi ikut sholat tarawih karena ingin bermain dengan teman-teman, tapi engkau mau mendengarkan pesan Abak untuk tidak berteriak dan berlarian di dalam masjid.

Abak mendoakanmu untuk terus tumbuh menjadi anak yang elok laku, pribadi yang baik dengan akhlak yang mulia. Mudah-mudahan kami orang tuamu juga terus mampu belajar menjadi orang tua yang baik dan menjadi contoh.

Teruslah tumbuh jadi anak yang membanggakan, bukan karena prestasi tapi karena perbuatan-perbuatan baikmu.

Peluk cium penuh cinta

Abak