Sepucuk Surat untuk Anakku (XIII): Mencari Sekolah Daru

Dear Daru,
anak bujang yang senang membaca, bertanya tentang hal-hal teknik, dan bermain air.

Ternyata awal tahun adalah waktunya untuk mencari-cari sekolah untukmu. Kata Bundo, kalau tidak dicari dan booking dari sekarang, nanti bisa jadi udah penuh. Jadilah Abak awal Januari, karena sedang libur semester juga, mulai survei untuk sekolah Daru.

Sebenarnya dari awal sudah diberikan opsi oleh Bunda Anik, pemilik daycare-nya Daru. Setelah berdiskusi dengan Bundo, maka diputuskan Abak akan survey, nanya-nanya, dan langsung daftar kalau memang sudah dirasa oke.

Ada beberapa pertimbangan dalam memilih sekolahmu ini. Pertimbangan utama adalah kurikulum dan jarak dari rumah serta daycare. Bagi kami, Abak dan Bundo, TK dengan kurikulum Islam adalah hal mutlak dalam memilih sekolah. Harus kami akui, Abak dan Bundo yang bekerja mengurangi waktu interaksi kita di rumah. Bukan berarti kami di rumah tidak mengajarimu sholat dan mengaji, tapi untuk memaksimalkan pendidikan agama sejak dini, maka harus didukung dengan sekolah yang juga mengajarkan agama.

Di usia 4,5 tahun sekarang, engkau selalu mengajak sholat bersama, bahkan harus dibangunkan untuk sholat Subuh. Jika Abak sedang ada di rumah, engkau akan selalu senang jika diajak sholat ke masjid. Tidak jarang kau bertanya, “Abak, kita ga sholat di masjid?” Mudah-mudahan beberapa waktu lagi, kita bisa mulai sholat Subuh di masjid.

Pertimbangan kedua, tentu saja jarak dari rumah. Mau tidak mau, ini jadi pertimbangan penting juga. Jika sekolahmu terlalu jauh dari rumah, akan menyulitkan Abak dan Bundo mengantarmu pagi, dan juga merepotkan Bunda daycare menjemputmu nanti. Sepulang sekolah engkau nanti akan ke daycare lagi sampai sore/magrib nanti Bundo jemput.

Di usia 4,5 tahun, engkau tumbuh menjadi anak yang menyukai buku. Mungkin karena sejak awal sudah kami kenalkan dengan buku, maka engkau sangat girang sekali ketika dibelikan buku baru. Bahkan buku-buku yang engkau belum bisa baca, seperti Bobo edisi 50 tahun, atau kumpulan dongen Bobo, engkau akan meminta Abak tau Bundo untuk menceritakan.

Jika kebetulan Abak pulang cepat, atau maghrib sudah ada di rumah, maka sebelum tidur kita harus cerita-cerita dulu. Kita berdua berbaring di kamar, lampu sudah dimatikan, lalu kau akan bertanya tentang banyak hal kepada Abak. Engkau akan bertanya tentang lava, hujan, sungai, hewan, dan lain-lain.

Harus diakui, menjawab pertanyaan anak usia 4 tahun itu cukup melelahkan. Pertanyaan yang seakan tak ada ujungnya, bahkan beberapa pertanyaan diulang terus. Namun, katanya tidak boleh memarahi anak karena terus bertanya. Usia segitu adalah usianya penuh keingintahuan, usia melihat dunia dengan pertanyaan. Makanya Abak dan Bundo berusaha sebisa mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaanmu dengan sabar, dengan harapan rasa ingin tahu itu bisa terpelihara hingga engkau dewasa nanti. Rasa ingin tahu adalah dasar dari keinginan belajar. Jika memudar, maka memudar juga keinginan untuk menambah ilmu baru.

Mudah-mudahan nanti bulan Juli engkau bisa memulai sekolah dengan baik, antusias, dan senang. Mudah-mudahan engkau menjadikan sekolah sebagai hal yang ditunggu-tunggu, bukan hal yang dihindari.

Peluk cium
Abak

Leave a comment