“Aku kan Sanguin, jadi ya wajar aja ceroboh,”
“Ya aku kan ENTP, jadi kalau kata-kataku tajam, maklumi aja.”
Sering ga kita denger kalimat-kalimat senada dari orang-orang di sekitar kita? Orang-orang di sekitar kita itu mungkin telah mengikuti psiko tes (yang kemungkinan besar on line) dan mendapatkan hasilnya. Sayangnya, kebanyakan dari mereka menjadikan hasil tes tersebut sebagai dalih atas kelakuan mereka.
Misalkan, si A menurut hasil tes Galenus, kepribadiannya yang dominan adalah Sanguin. Tipe sanguin merupakan tipe yang tidak bisa diam, aktif, optimis dan ceroboh serta tidak teliti. Ia kemudian menjadikan hasil tesnya ini sebagai dalih atas kecerobohan yang ia lakukan.
Menurutku, menjadikan hasil tes sebagai dalih atas sikap dan kelakuan kita adalah hal yang bodoh. Berarti kita terlalu pengecut mengakui kesalahan, dan tidak mau memperbaikinya. Hasil tes psikologi seperti itu (misalpun hasilnya memang benar) bukan untuk diumbar ke khalayak umum. Harusnya hasil tes itu dijadikan refleksi untuk memperbaiki diri.
Contoh, seorang ENFP yang sulit berkomitmen harus mulai melatih dirinya supaya bisa dipercaya orang lain. Kecenderungannya terlalu terlibat bisa membuat orang lain terintimidasi, ia harus menjaga jarak yang pas, supaya tidak terlalu jauh tapi tidak terlalu merapat.
Ayolah, dewasalah dengan kekurangan dan kelebihan diri. Jika Anda sering melupakan sesuatu seperti janji, buatlah catatan pengingat, bukan menyalahkan ke-Sanguin-an Anda. Jika Anda memiliki kecenderungan berkata-kata tajam kepada orang lain, diamlah jika tidak bisa berbicara baik, Menyalahkan kepribadian ENTP Anda tidak akan mengurangi sakit hati orang-orang yang Anda omongkan.
Hadapi kekurangan Anda, lalu jadikan sebagai alat pertumbuhan diri. Berlindung di balik kekurangan diri bukan hal yang bijak, malah bodoh dilakukan.
Jadi…………..