Berikut kompilasi cerita (super) pendek yang dipublish di akun tumblrku dengan tag #DharmaFiksi.
Fiksi #41 Jatuh Cinta
Ia jatuh cinta. Lama ia tatap wajah pujaan hatinya di layar monitor. Ribuan gambar diri bidadari itu tersimpan diHarddiscdan di hatinya. Helaan napasnya mengandung rindu, detak jantungnya bernyanyi sendu.
Lalu ia tertidur memimpikan kekasihnya.
Fiksi #42 Jatuh Cinta Diam-diam
Aku memandang dari kejauhan. Hanya mampu melukis wajahnya, merekam suara dan gelak tawanya. Gerak-geriknya bagaikan tarian bidadari.
Aku jatuh cinta diam-diam, lidahku dipotong oleh sang Raja, Ayah kekasih hatiku.
Fiksi #43 Menyirih
Ku ambil dua lembar daun sirih yang masih segar lalu ditumpuknya di atas telapak tanganku. Ku pecahkan biji pinang, sedikit pecahannya di atas daun sirih tadi. Kuoles sedikit kapur sirih dan ditambahkan sedikit gambir. Kulipat sehingga semua pelengkap tadi tertutup oleh daun sirih.
Kunyahan pertama, pedas dan getir memenuhi mulut. Kunyahan berikutnya, getah sirih dan semua pelengkap bercampur menciptakan sensasi pedas pahit segar yang menyatu.
Ludahku memerah akibat getah sirih, bercampur dengan lelehan darah di mulut. Pedas getir hal terakhir yang ia rasakan.
Fiksi #44 May Day
1 Mei, Hari Buruh. Semua turun ke jalan, semua membawa atribut serikat pekerja. Jalanan penuh, jalanan ditutup. Gedung parlemen didemo, para anggota kecut melihat keluar. Istana Negara dikepung, pelayan rakyat bersembunyi di kolong meja.
Tapi ia tidak turun ke jalan, ia sedang ditindih majikannya.
Fiksi #45 Kidung
Ia petik gitar tuanya yang telah ia bersihkan semalam. Tak ada nada yang sumbang, sudah distem. Ini pernikahan sahabatnya -sahabat karibnya- dan ia menyanyikan sebuah kidung.
Kidung Patah Hati
Fiksi #46 Cantik
Rambutnya indah hitam berkilau, badannya sintal berisi, kulit sawo matang dengan rupa manis menarik. Hidung bangir, bibir tipis dan tulang pipi yang tinggi membuatnya semakin terlihat cantik.
Tapi matanya berbeda, dingin. Saat kutatap, gadis itu berjalan mendatangiku dan mengeluarkan sebilah belati.
Fiksi #47 Membaca
Ia balik lembar demi lembar. Ia telusuri tiap baris, ia maknai tiap gambar.
Ia sedang membaca nasibnya sendiri.
Fiksi #48 Pahlawan
Hasanuddin, Imam Bonjol, Pattimura, Soekarno, Hatta, Syahrir, Natsir dan Tan Malaka. Semua adalah pahlawan, melakukan hal hebat.
Sayang, aku bukan pahlawan. Hanya seorang biasa yang melakukan hal biasa di hari biasa.
Pikirnya sambil membersihkan jalanan dari paku-paku yang ditebar.
Fiksi #49 Bermain
Menikmati waktu senggang, kalau istilah orang banyak. Ada yang melakukan hobinya, ada yang sekedar bercengkerama dengan orang-orang yang disayanginya dan ada juga yang bermain.
Aku pun sedang bermain, bermain dengan maut.
Fiksi #50 Hari Raya
Hari yang besar telah datang, semua umat menyambut riang dengan segala persiapannya. Ketupat opor, baju baru dan rumah pun dibersihkan dengan cermat. Ini adalah hari dimana semua umat berharap disucikan.
Ia menyeka keringat dengan bajunya yang kotor, rasanya Hari Raya tak sampai ke tempatnya.
Fiksi #51 Syawal
Syawal masih belum habis, suasana Hari Raya masih terasa hangat-hangat kuku. Hei, masih ada kue lebaran di toples. Semua mulai dari nol, saling maaf dan memaafkan.
Tapi ia masih belum memaafkan dirinya.
Fiksi #52 Kurban
Takbir berkumandang bertalu-talu. 10 Dzulhijjah menjelang, sapi dan kambing disembelih dan dikurbankan setelah Sholat Id. Keceriaan memenuhi sebagian besar umat muslim.
Takbir berkumandang keras, kali ini ia mengorbankan anak keduanya. Gugur syahid di jalan Jihad.
Fiksi #53 Jumrah
Musim haji tiba, jutaan kaum muslim berkumpul di kota suci Mekkah demi memenuhi panggilan-Nya.Masjidil Haram penuh oleh lautan manusia.
Hewan Qurban telah disembelih, waktunya melempar Jumrah. Konon, melempar Jumrah adalah melempar setan dengan kerikil.
Iblis melihat dari kejauhan, para Setan sedang melempar jumrah
Fiksi #54 Terompet
31 Desember dan senja menjelang. Suara terompet bersahut-sahutan di seluruh penjuru kota. Sebentar lagi Tahun Baru.
Aku meniup terompetku sekuat-kuatnya saat lonceng berdentang pertanda Tahun Baru datang. Nyawaku pun tertiup hilang seiring bunyi terompet.
Fiksi #55 Resolusi
Terompet riuh berbunyi, kembang api benderang di langit yang akhirnya cerah di musim hujan ini. Teriakan gembira orang-orang “Selamat Tahun Baru”.
Ia berdiri di atap gedung, menatap langit dan bintang jatuh terlihat.
Ia memejamkan mata dan mulai berdoa
“Mudah-mudahan tahun ini aku mendapatkan jantung yang baru”
Fiksi #56 Penipu
Ratusan orang yang telah ditipunya, belasan milyar telah diraupnya. Kelihaian dan kelicikannya telah melegenda. Penipu terbesar dalam sejarah.
Tapi ia tidak sadar, bahwa ia sedang ditipu oleh dirinya sendiri.
Fiksi #57 Suntuk
Kepalanya berat, matanya lelah tapi tidak bisa terpejam. Otaknya penuh dan dirinya jenuh.
Sudah saatnya ia bergerak, pergi sejenak.
Ia kabur sementara, jauh dari peradaban.
FIksi #58 Ulang Tahun
Usianya bertambah, umurnya berkurang. Konon katanya ia lahir pada hari ini beberapa puluh tahun yang lalu.
Ia hendak meniup lilin kue ulang tahunnya, tapi kuenya tenggelam dalam kebakaran itu. Haruskah ia tiup saja?
Fiksi #59 Jatuh Cinta
Orang bilang jatuh cinta itu indah. Hati berbunga-bunga dan hidup terasa bahagia.
Tapi ia hampir mati gara-gara kejatuhan cinta.
Fiksi #60 Walking side by side
Mereka berjalan bersisian, berdua. Menjelajahi hutan, pegunungan dan menyusuri pantai mengarungi lautan.
Mereka tidak berpegangan tangan, karena hati mereka telah satu.
Fiksi #61 Izin
Ia lupa belum meminta izin kepada Ibunda untuk melakukan pendakian ini. Lebih baik turun dan meminta izin.
Pikirnya sambil mengiringi jenazahnya.
Fiksi #62 Senyum
Senyumnya sangat indah. Barisan giginya yang putih cemerlang seperti matahari pagi. Senyuman itu yang membuatku mabuk dan tergila-gila.
Lalu aku abadikan senyuman itu dalam toples kaca yang bening, sehingga bisa kunikmati setiap pagi.
Fiksi #63: Pesta Demokrasi
Indonesia sedang berpesta. Jutaan rakyat dari segala golongan turun ke jalan merayakannya. Mereka cuma berharap satu hal: Indonesia yang lebih baik dan sejahtera
Sementara itu, para pejudi memasang taruhan