Perjalanan

Aku selalu beranggapan bahwa hidup adalah sebuah perjalanan. Dan perjalanan bermakna mengumpulkan kearifan hidup, sehingga membuatku bisa lebih matang dan dewasa. Karena itulah aku melakukan perjalanan mengelilingi jengkal demi jengkal bumi-Nya.

Sebuah perjalanan yang tak direncanakan menjelang Idul Fitri. Semuanya terjadi tiba-tiba. Ajakan untuk travelling ke Malang-Bali-Lombok, mendaki Bromo, menjelajah Sempu. Walau rencana tinggal rencana. Perjalanan yang seharusnya direncanakan berdua, akhirnya kujalani sendiri.

Sehangat apapun sambutan sebuah keluarga, tetap akan merasa lain jika bukan keluarga sendiri. Itulah yang kurasakan ketika di Malang. Menjelang lebaran, kuputuskan melanjutkan perjalanan ke Pulau Dewata, sendirian.

Takut, itulah yang kurasakan sebelum melanjutkan perjalanan. Takut karena melakukan perjalanan sendirian, takut karena tidak ada sanak saudara dan teman yang dituju, takut akan nasib buruk yang menimpa. Rasanya ingin kabur, pulang ke Bandung, meringkuk dalam nyamannya kamar asramaku.

Dalam kesendirian aku berpikir, apa tujuan perjalanan ini? Apakah hanya untuk memenuhi ego diri saja? Benarkah ada pelajaran dalam setiap perjalanan? Kenapa tidak menikmati hari-hari yang damai di kamar, melakukan hobi yang telah lama ditinggalkan, atau pulang ke kampung halaman ke hangatnya suasana rumah.

Dan di Bali, dengan cepat aku merasa bosan. Perjalanan ke Lombok kubatalkan, dan memutuskan segera kembali ke Bandung. Tapi di Malang, aku berlabuh sementara, mengunjungi keluarga yang lain, berkenalan dengan keluarga baru.

Oh ya, akhirnya aku mendapatkan satu pelajaran. Bahwa orang baik akan selalu ada dimana-mana. Tidak mengenal usia, kelamin, agama, ras, suku, dsbg. 8 jam yang berharga ketika menyeberang dan menunggu kereta di Stasiun Banyuwangi. Orang yang kelihatannya seperti preman, mungkin saja berhati lebih mulia dari pada orang yang nampak alim, sopan. Kadang kita meremehkan para transgender, tapi mungkin saja dia mempunyai ilmu yang lebih dalam suatu bidang.

Dan apakah aku akan melakukan perjalanan lagi? Entahlah, au sendiri belum bisa menjawabnya. Lihat saja beberapa waktu lagi, kalau aku sudah bisa mebgalahakan rasa takut ini, dan menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan tadi.