Delapan Brata, teladan Delapan Dewa
genap delapan jumlahnya
jangan kurang, jangan cacat, demi negara
Indra yang pertama, disusul Surya
kemudian Bayu, lantas Kurewa
Baruna, Yama, Candra, Brama
Teladan Delapan Dewa
Indra (Dewa Hujan, Dewa Petir), parfum dunia
penghambur derma dan dana
rata ke seluruh semesta
adil tiada membeda
walau sanak saudara
jika jadi penjahat
pasti
bunuhlah dia
Surya (Dewa Matahari) yang menyejukkan
sabar tidak semaunya
tabah tanpa amarah
diam penuh kehalusan
tanpa sakit tanpa terasa
tapi tercapai tujuan
Bayu (Dewa Angin) mengawasi semesta
kehendak alam memutar buana (dunia)
tanpa batas tanpa tanda
menemukan hasrat alam
mengenali gerak-gerik kawula
itulah pesannya
mengetahui isi hati kawula
Kuwera (Dewa Kekayaan) penjaga gudang
sandang pangan jasmani dunia
mengatur haluan negara
tak pernah lupa dan percaya
diberikannya semua
asal sungguh setia
tanpa pamrih dan tanpa batas
Baruna (Dewa Laut) selalu bersenjata
siang malam menjaga negara
ilmu pengetahuan jadi pedoman
agar mengungguli jagad
siapapun tak jujur teratasi
siapa buruk siapa baik
segera ditanggulangi
Yama (Dewa Kematian) pencabut nyawa
ke mana laknat pergi
ke sana ia mencari
buru, usut, lacak
sampai porak-poranda
musnahkan sampah negara
Candra (Dewa Bulan) pengampun
damai dan tertawa
senyuman warna negara
enak semua perintahnya
kesayangan para pendeta
Brahma (Dewa Pencipta)
bergairah hadapi musuh
mengerti para prajurit
musnahlah para penyerang
luluh dan lantak
tundukkan dengan hatimu
Disalin dari buku karangan Seno Gumira Ajidarma yang berjudul Kitab Omong Kosong
“Dipoles dan dibolak-balik dari Asta Brata dalam Serat Rama (Kiai Yasadipura, Semarang, 1919).